SOCIAL MEDIA

Jumat, 30 April 2021

Peran Bidan Agar Bayi Dan Balita Bebas Dari Susu Kaleng

Hingga saat ini pembangunan gizi di Indonesia belum menunjukan perubahan yang signifikan, bahkan saat ini mengalami tiga  beban masalah gizi yaitu, stunting, obesitas dan diabetes yang masuk kedalam penyakit tidak menular (PTM). Dan terlebih lagi saat ini masalah stunting, obesitas pada bayi maupun balita di sejumlah daerah di Indonesia  terjadi karena salah satu faktor yaitu masih banyaknya orang tua masih menganggap  susu kental manis adalah susu yang bisa dikonsumsi layaknya minuman susu untuk anak yang dan aman dikonsumsi setiap hari. 

Dengan pemahaman tersebut, bahwa tingkat pengetahuan adalah salah satu faktor yang  langsung berkontribusi pada keadaan masalah gizi yang terjadi saat ini, dengan pengetahuan masyakarat yang memadai tentang gizi dan kesehatan akan mempengaruhi secara positif yang terkait pada pola hidup maupun pola asuh masyarakat yang kemudian akan memperbaiki keaadan gizi dan kesehatan masyarakat. Dan salah satu sektor yang berperan dalam peningkatan pengetahuan masyarakat, khususnya para ibu tentang  gizi untuk anak-anak mereka adalah Bidan. 

Mengingat peran Bidan sangat penting sebagai mitra dalam mengawal kesehatan sepanjang siklus kehidupan sejak 1000 HPK terutama hal  edukasi  pemenuhan nutrisi bayi dan balita bebas dari susu kaleng (SKM). 

Nah, ngomongin masalah susu kaleng atau dikenal dengan susu kental manis (SKM), pas banget pembahasannya dengan tema webinar via zoom meeting, Selasa, 27 April 2021 yang diadakan oleh Yayasan Adhipraya Insan Cendekia (YAICI) bersama Ikatan Bidan Indonesia cabang Kota Tangerang Selatan dengan mengambil Tema "Peran Bidan dalam Pemenuhan Nutrisi Bayi dan Balita  yang Bebas dari Susu Kaleng". 


Flyer webinar yang diadakan YAICI dan Ikatan Bidan cabang Kota Tangerang Selatan 

Webinar ini diadakan bertepatan dengan memperingati Hari Kartini juga Ulang Tahun IBI (Ikatan Bidan Indonesia) yang ke-70 tahun, dan hadir para narasumber seperti : 

  • Bapak Arif Hidayat SE,  M. M sebagai Ketua Harian YAICI 
  • Ibu Hj. Yani Purwaningsih SKM, M. Kes sebagai Ketua Ikatan Bidan Indonesia-Banten 
  • Bapak Dr. dr. Tubagus Rachmat Sentika Hasan, Sp. A,  MARS dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Banten
  • Bapak Dr. H. Mathodah S. M.Si, Ketua Komisi IX DPRD Tangerang Selatan
"apresiasi setinggi-tingginya kepada YAICI dan IBI Tangerang Selatan diadakan webinar kali ini sebagai bentuk komitmen bersama berupaya untuk penurunan angka kematian ibu dan bayi. Dan dalam hal ini Ikatan Bidan  Tangerang Selatan pada tahun ini menjadi fokus kematian bayi dan stunting pada tahun 2020, yang mana menunjukan angka penurunan kematian bayi di Tangerang Selatan", ujar dalam sambutan Ibu Lilis Suryani, SKM. M. Kes -Kepala  Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. 

Kematian ibu, bayi stunting merupakan prioritas utama yang harus dituntaskan dalam upaya pembangunan sumber daya maju. Karena kesehatan ibu, ibu hamil bayi hingga anak sekolah merupakan kunci untuk mencetak manusia yang unggul. 

Oleh karena itulah Bidan mempunyai peranan utama dalam hal upaya kesehatan ibu dan anak. Juga sebagai salah satu poros utama dalam pemberi edukasi kepada masyarakat, terutama bagi calon hingga menjadi ibu untuk bayinya mulai dari pentingnya inisiasi menyusu dini dan  ASI Ekslusif hingga pemberian pola makan mulai dari MPASI sampai pemenuhan gizi seimbang dalam proses  untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.  Tidak hanya membantu proses persalinan, namun Bidan merupak akses terdekat untuk mendapatkan layanan kesehatan  keluarga.

Peran Bidan agar Bayi dan Balita Bebas dari Susu Kaleng 

Sebagaimana diketahui, bahwa tingkat literasi gizi di masyarakat Indonesia masih rendah, dimana sumber informasi yang kridibel masih minim didapatkan, hal ini terlihat dari masih banyaknya ditemukan pola-pola pengasuhan dan pemberian makan pada anak hanya berdasarkan kebiasaan generasi sebelumnya secara turun menurun, dan selain itu karena faktor iklan berbagai produk pangan juga memiliki peran besar dalam mempengaruhi pemahaman tersebut, karena dengan kesalahan pengasuhan anak pada masa 1000 HPK yang akan berdampak buruk bagi tumbuh kembang dan kualitas anak dimasa produktifnya kelak.


Salah satunya terlihat dari bagaimana persepsi  masyarakat terhadap produk susu kental manis atau yang biasa disebut susu kaleng sebagai produk yang digunakan untuk bahan tambahan makanan/minuman atau sebagai toping. Namun kenyataannya masih banyak orang tua yang masih memberikan susu kaleng sebagai minuman susu yang bernutrisi untuk bayi dan balita.


Oleh karena itulah dalam merubah persepsi masyarakat juga berupaya agar bayi dan balita bebas dari susu kaleng, YAICI bersama PP Aisyiyah dan PP Muslimat NU berkerjasama untuk melakukan penelitian di 5 provinsi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, NTT dan Maluku, dari penelitian tersebut ditemukan 1 dari 4 balita mengkonsumsi kental manis setiap hari.


Selain didapatkan mudah dan murah, juga ditemukan bahwa informasi kental manis adalah susu yang baik untuk balita dan bayi diperoleh dari iklan televisi/surat kabar/media sosial dan yang lebih mengejutkan lagi informasi dari tenaga kesehatan seperti  Bidan dan, sehingga perlukan untuk jajaran Bidan mengedukasi kepada masyarakat  bahwa kental manis tidak lain adalah gula berorama susu yang tidak baik disarankan untuk dikonsumsi bayi dan balita. Hal ini disampaikan oleh Bapak Arif Hidayat SE, M.M selaku Ketua Harian YAICI 

Arif Hidayat SE, M. M-Ketua YAICI 


Persepsi masyarakat tentang SKM dan faktor informasi SKM adalah susu 


Fakta seputar Kental Manis (SKM) 

Berdasarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan bahwa produk susu kental manis (SKM) sebagai produk susu berbentuk cairan kental (krimer) yang diperolah dari dengan menghilangkan sebagian air dari campuran susu dan gula hingga mencapai Kepekatan tertentu, yang hal ini dapat ditemukan fakta  bahwa : 
  • SKM mengandung gula sebesar 40-50 persen
  • Kadar gula yang tinggi pada SKM meningkatkan risiko diabetes dan obesitas pada anak-anakAsupan gula yang berlebih akan merusak gigi pada anak
  • Kandungan gizi pada SKM lebih rendah dibandingkan dengan jenis susu lainnya
  • Kalsium dan protein pada SKM lebih rendah daripada susu bubuk atau susu segar.
Oleh karena itulah SKM ini bukanlah susu akan tetapi minuman yang terbuat dari gula dan susu, dan penyajiannya bukan direkomendasikan untuk dikonsumsi sebagai asupan utama untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga terutama pada balita.


Oleh karena itulah melalui Ikatan Bidan Indonesia, Bapak Arif mengharapkan  institusi ini dapat mengoptimalkan segala perannya untuk memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terutama para ibu mengenai fakta dan penggunaan kental manis yang aman.  




Tidak ada komentar :

Posting Komentar